BAHAYA LIDAH DAN KEUTAMAAN DIAM...!!
ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH...
AFWAN FILLAH AHLUL JANNAH INSHA'ALLAH...,
LIDAH ADALAH....:
- Salah
satu kenikmatan yang besar yang dianugerahkan Allah kepada hambaNya,
padanya terdapat kebaikan yang banyak dan kemanfaatan yang luas bagi
siapa yang menjaganya dengan baik dan mempergunakannya sebagaimana
diharapkan syari’at. Dan padanya pula terdapat kejelekan yang banyak dan
bahaya yang besar bagi siapa yang meremehkannya (membiarkannya) lalu
digunakannya pada jalan atau tempat yang tidak semestinya.
Padahal Allah Ta’ala menciptakan lisan (lidah) itu tiada lain agar...
- digunakan
untuk dzikrullah (menyebut Asma Allah), membaca Al Quran, menasehati
manusia dan mengajak mereka kepada jalan Allah dan ketaatan serta
memperkenalkan kepada mereka tentang kewajiban-kewajiban mereka terhadap
Allah SWT.
Maka jika si hamba mempergunakan lidahnya
untuk tujuan tersebut, maka dia tergolong orang yang bersyukur kepada
Allah atas nikmat lidah itu sendiri.
Tapi jika sebaliknya,
digunakan bukan pada jalan kebenaran seperti disebutkan diatas, maka dia
adalah orang yang berbuat dholim lagi melampaui batas.
Kemudian ketahuilah, bahwa perkara
lidah
ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan, sebab dia
adalah anggota tubuh yang dominan dalam dhohir manusia dan paling kuat
dalam menyeret seorang hamba dalam kebinasaan, ini semua jika tidak
dijaga dan dipaksa dengan tuntunan syari’at.
Maka
Rasulullah SAW sudah menasehati kita agar menjaga lidah dengan baik,
minimal dengan jalan tidak banyak berbicara, selagi tidak bermanfaat
atau tidak mengandung kebaikan, beliau SAW bersabda (yang artinya):
- “ Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat maka berkatalah yang baik, atau (jika tidak), diamlah “. (HR. Bukhori dan Muslim)
Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):
- “ Semoga Allah merahmati seseorang yang berbicara kebaikan maka dia beruntung, atau diam dari kejelekan maka dia selamat “.
Dan banyak riwayat yang sampai kepada kita tentang bahaya lidah ini, diantaranya, hadits Rasulullah saw (yang artinya):
- “
Dan tidakkah nanti seseorang akan diseret ke neraka dengan wajah-wajah
mereka (di tanah), terkecuali itu karena ulah lidah-lidah mereka “ (HR.
At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim).
Dalam hadits yang lain disebutkan (yang artinya):
- “
Setiap pembicaraan anak adam adalah (saksi yang) memberatkannya, bukan
untuk kebaikannya, kecuali Dzikrullah, Amr Ma’ruf dan Nahi Munkar “.
Rasulullah SAW bersabda pula (yang maknanya):
- “
Sungguh ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat, dimana ketika
mengucapkannya dia tidak perduli (dengan cuek), tapi berkat satu kalimat
itu justru dia terjun ke neraka lebih jauh daripada jarak bintang
Tsurayya “.
Maka LIDAH itu
"ibarat pedang yang tajam",
jika tidak dijaga dengan baik
akan membinasakan orangnya, ibarat binatang buas, jika si hamba lengah
sedikit maka dia akan menyambar dan mencabiknya dan LIDAH
"ibarat juru bicara hati",
yang ada disana dilontarkan olehnya, yang terpendam disana ditampakkan
olehnya. Maka orang yang sholeh akan diketahui dari cara bicaranya atau
pembicaraan yang disampaikannya demikian pula orang jelek akhlaknya dan
kaku perangainya dapat diketahui dari apa yang keluar dari lidahnya.
Hal mana seperti dikatakan oleh imam HASAN Al BASHRI :
- “
Sesungguhnya lidah orang mukmin berada dibelakang hatinya, apabila
ingin berbicara tentang sesuatu maka dia merenungkan dengan hatinya
terlebih dahulu, kemudian lidahnya menunaikannya.
- "Sedangkan
lidah orang munafik berada di depan hatinya, apabila menginginkan
sesuatu maka dia mengutamakan lidahnya daripada memikirkan dulu dengan
hatinya “.
KETAJAMAN LIDAH MENGALAHKAN KETAJAMAN PEDANG
yang mampu membelah besi dan & penghancur (perusak)nya sangat kuat
mengalahkan cuka dalam merusak madu yang manis, seperti diriwayatkan
Ibnu Abi Dunya, Rasulullah Swt bersabda :
- “ Tidak ada satupun jasad manusia, kecuali pasti kelak akan mengadukan lidah kepada Allah atas ketajamannya “.
Beliau SAW bersabda pula :
- “ Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya “ (HR. Ath Thabarani, Ibnu Abi Dunya dan Al Baihaqi)
KEUTAMAAN MENJAGA LIDAH
Al Imam Al Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin berkata :
- “ Ketahuilah bahwa lidah bahayanya sangat besar, sedikit orang yang selamat darinya, kecuali dgn banyak diam “.
Oleh sebab itu, Pembuat syari’at memuji dan menganjurkan diam,
Nabi Muhammad SAW bersabda (yang artinya):
- “ Barang siapa yang diam, pasti dia selamat “ (HR. At Tirmidzi)
LUQMAN Al Hakim berkata :
- “Diam itu adalah kebijaksanaan, namun sedikit sekali orang yang melakukannya”.
Abdullah bin Sufyan meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata :
”Aku
berkata kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah, beritahukanlah
kepadaku tentang islam, dengan suatu perkara yang aku tidak akan
bertanya lagi kepada orang lain sesudahmu.”
Nabi saw bersabda:
- ”Katakanlah, aku beriman, kemudian istiqamahlah”. Dia berkata: “Lalu apakah yang harus aku jaga?”,
kemudian Rasulullah saw mengisyaratkan dengan tangan beliau ke lidah beliau. (HR. At Tirmidzi, An Nasa’I dan Ibnu Majah).
UQBAH bin ‘Amir bertanya kepada Rasulullah SAW:
“ Wahai Rasulullah, apakah jalan keselamatan?”,
Nabi SAW menjawab:
- “Tahanlah lidahmu, tinggallah di rumahmu (jangan banyak keluar) dan tangisilah kesalahanmu”. (HR.At Tirmidzi)
MU'ADZ bin Jabal bertanya kepada Rasulullah Saw: “ Wahai Rasulullah perbuatan apakah yang paling utama?”,
- ....
kemudian Rasulullah menjulurkan lidah beliau yang mulia lalu meletakkan
jemarinya diatasnya dengan mengisyaratkan agar menjaganya.
SAHL bin Sa’ad meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw, dimana beliau bersabda (yang artinya) :
- “
Siapa yang menjamin untukku (agar menjaga) apa yang ada diantara dua
janggutnya (lidah) dan yang ada diantara dua kakinya (kemaluan), maka
aku menjamin untuknya surga “ (HR. Bukhori)
Rasulullah Saw bersabda (yang artinya):
- “
Siapa yang menahan lidahnya pasti Allah menutupi auratnya, siapa yang
dapat menahan amarahnya pasti Allah melindunginya dari siksaNya, dan
siapa meminta ampun kepada Allah, Dia pasti menerima permohonan
ampunannya “ (HR. Ibnu Abi Dunya).
Beliau Saw bersabda pula :
- “
Simpanlah lidahmu kecuali untuk kebaikan, karena dengan demikian kamu
dapat mengalahkan syaitan “ (HR. Ath Thabarani dan Ibnu Hibban)
KEUTAMAAN DIAM
(Silent is Golden)
CARA MENYELAMATKAN DIRI DARI BAHAYA LIDAH ADALAH DIAM, kecuali dari hal yang baik dan mengundang kebaikan.
Para
salaf pendahulu kita lebih banyak diam daripada berbicara. Sebab dengan
diam akan mengurangi dosa dan bahaya yang timbul akibat lidah.
Tetapi
jika HAK-HAK ALLAH "dilecehkan", SYARIAT DIHINA dan Rasulullah
DIRENDAHKAN/dilecehkan, maka mereka tidak akan tinggal diam. ~ Mereka
akan berbicara dengan lantang dan pasti sekalipun di depan pemimpin yang
kejam, sekalipun nyawa adalah taruhannya. Jadi berbicara itu baik jika
ditempatkan pada posisinya dan diam itu baik jika ditempatkan pada
tempatnya pula. Dan jika dibalik MAKA RUSAKLAH TATANAN Amr Ma’ruf Nahi
Munkar.
Bagaimana IMAM SYAFI'I tidak diam
diri, manakala melihat Sulthan berbuat ketidakadilan, dengan tegas
beliau berbicara, menasehati si pemimpin itu. Tetapi jika ditanyakan
sesuatu yang sekiranya tidak perlu jawaban, maka beliau diam, tidak
menjawab. Lihatlah bagaimana beliau memposisikan sesuatu pada tempat dan
waktu yang layak dan tepat.
Sebagian Ulama berkata :
~
“Diam menghimpun beberapa keutamaan, diantaranya keselamatan agama,
kewibawaan, konsentrasi untuk berfikir, berdzikir dan beribadah. Dan
dalam diam juga terkandung keselamatan dari berbagai tanggung jawab
perkataan di dunia dan hisabnya di akhirat”,
Allah SWT berfirman (yang artinya):
مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
[Maa yalfizhu min qawlin illaa ladayhi raqiibun 'atiidun]
- “ Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir (Raqib ‘Atid) “ (QS. Qaaf 18)
Bahkan
diam mendatangkan ibadah yang berpahala, jika diam itu didasarkan
karena khawatir berbicara sesuatu yang haram, demi mengharap ridha
Allah.
Rasulullah saw bersabda (yang artinya):
- “
Maukah kalian aku beritahukan tentang ibadah yang paling mudah dan
paling ringan bagi badan? Diam dan akhlak yang baik “ (HR. Ibnu Abi
Dunya).
Jika Anda bertanya, apa sebabnya DIAM memiliki keutamaan sedemikian besar?,
- Maka
ketahuilah bahwa sebabnya karena terlalu banyak penyakit lidah, seperti
ghibah, berdusta, mengadu domba, berkata keji, riya’, terlibat dalam
kebathilan, bertengkar, marah, menyingkap aurat orang dan lainnya.
Oleh karena banyak penyakit dan dosa yang timbul karena lidah,
maka yang terbaik adalah banyak diam. Kemampuan menahan lidah adalah jalan keselamatan, oleh sebab itu keutamaan diam sangatlah besar. Wallahu A’lam.
============
Disarikan dari kitab Ihya’ Ulumiddin karya Imam Al Ghazali dan
An Nashoihud Diniyyah karya Al Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad.