BAHAYA LIDAH DAN KEUTAMAAN DIAM...!!




ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH...
AFWAN FILLAH AHLUL JANNAH INSHA'ALLAH...,

LIDAH ADALAH....:
  •  Salah satu kenikmatan yang besar yang dianugerahkan Allah kepada hambaNya, padanya terdapat kebaikan yang banyak dan kemanfaatan yang luas bagi siapa yang menjaganya dengan baik dan mempergunakannya sebagaimana diharapkan syari’at. Dan padanya pula terdapat kejelekan yang banyak dan bahaya yang besar bagi siapa yang meremehkannya (membiarkannya) lalu digunakannya pada jalan atau tempat yang tidak semestinya.
Padahal Allah Ta’ala menciptakan lisan (lidah) itu tiada lain agar...
  • digunakan untuk dzikrullah (menyebut Asma Allah), membaca Al Quran, menasehati manusia dan mengajak mereka kepada jalan Allah dan ketaatan serta memperkenalkan kepada mereka tentang kewajiban-kewajiban mereka terhadap Allah SWT. 
Maka jika si hamba mempergunakan lidahnya untuk tujuan tersebut, maka dia tergolong orang yang bersyukur kepada Allah atas nikmat lidah itu sendiri.
Tapi jika sebaliknya, digunakan bukan pada jalan kebenaran seperti disebutkan diatas, maka dia adalah orang yang berbuat dholim lagi melampaui batas.

Kemudian ketahuilah, bahwa perkara lidah ini adalah sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan, sebab dia adalah anggota tubuh yang dominan dalam dhohir manusia dan paling kuat dalam menyeret seorang hamba dalam kebinasaan, ini semua jika tidak dijaga dan dipaksa dengan tuntunan syari’at.

Maka Rasulullah SAW sudah menasehati kita agar menjaga lidah dengan baik, minimal dengan jalan tidak banyak berbicara, selagi tidak bermanfaat atau tidak mengandung kebaikan, beliau SAW bersabda (yang artinya):
  • “ Barang siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhirat maka berkatalah yang baik, atau (jika tidak), diamlah “. (HR. Bukhori dan Muslim)
Rasulullah SAW bersabda (yang artinya):
  • “ Semoga Allah merahmati seseorang yang berbicara kebaikan maka dia beruntung, atau diam dari kejelekan maka dia selamat “.
Dan banyak riwayat yang sampai kepada kita tentang bahaya lidah ini, diantaranya, hadits Rasulullah saw (yang artinya):
  • “ Dan tidakkah nanti seseorang akan diseret ke neraka dengan wajah-wajah mereka (di tanah), terkecuali itu karena ulah lidah-lidah mereka “ (HR. At Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim).
Dalam hadits yang lain disebutkan (yang artinya):
  •  “ Setiap pembicaraan anak adam adalah (saksi yang) memberatkannya, bukan untuk kebaikannya, kecuali Dzikrullah, Amr Ma’ruf dan Nahi Munkar “.
Rasulullah SAW bersabda pula (yang maknanya):
  •  “ Sungguh ada seorang hamba berbicara dengan satu kalimat, dimana ketika mengucapkannya dia tidak perduli (dengan cuek), tapi berkat satu kalimat itu justru dia terjun ke neraka lebih jauh daripada jarak bintang Tsurayya “.
Maka LIDAH itu "ibarat pedang yang tajam", jika tidak dijaga dengan baik akan membinasakan orangnya, ibarat binatang buas, jika si hamba lengah sedikit maka dia akan menyambar dan mencabiknya dan LIDAH "ibarat juru bicara hati", yang ada disana dilontarkan olehnya, yang terpendam disana ditampakkan olehnya. Maka orang yang sholeh akan diketahui dari cara bicaranya atau pembicaraan yang disampaikannya demikian pula orang jelek akhlaknya dan kaku perangainya dapat diketahui dari apa yang keluar dari lidahnya.

Hal mana seperti dikatakan oleh imam HASAN Al BASHRI :
  •  “ Sesungguhnya lidah orang mukmin berada dibelakang hatinya, apabila ingin berbicara tentang sesuatu maka dia merenungkan dengan hatinya terlebih dahulu, kemudian lidahnya menunaikannya.
  • "Sedangkan lidah orang munafik berada di depan hatinya, apabila menginginkan sesuatu maka dia mengutamakan lidahnya daripada memikirkan dulu dengan hatinya “.
KETAJAMAN LIDAH MENGALAHKAN KETAJAMAN PEDANG yang mampu membelah besi dan & penghancur (perusak)nya sangat kuat mengalahkan cuka dalam merusak madu yang manis, seperti diriwayatkan Ibnu Abi Dunya, Rasulullah Swt bersabda :
  • “ Tidak ada satupun jasad manusia, kecuali pasti kelak akan mengadukan lidah kepada Allah atas ketajamannya “.
Beliau SAW bersabda pula :
  •  “ Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya “ (HR. Ath Thabarani, Ibnu Abi Dunya dan Al Baihaqi)
KEUTAMAAN MENJAGA LIDAH
Al Imam Al Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin berkata :
  • “ Ketahuilah bahwa lidah bahayanya sangat besar, sedikit orang yang selamat darinya, kecuali dgn banyak diam “.
Oleh sebab itu, Pembuat syari’at memuji dan menganjurkan diam,

Nabi Muhammad SAW bersabda (yang artinya):
  • “ Barang siapa yang diam, pasti dia selamat “ (HR. At Tirmidzi)
LUQMAN Al Hakim berkata :
  • “Diam itu adalah kebijaksanaan, namun sedikit sekali orang yang melakukannya”.
Abdullah bin Sufyan meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata :
”Aku berkata kepada Rasulullah SAW, wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku tentang islam, dengan suatu perkara yang aku tidak akan bertanya lagi kepada orang lain sesudahmu.”

Nabi saw bersabda:
  • ”Katakanlah, aku beriman, kemudian istiqamahlah”. Dia berkata: “Lalu apakah yang harus aku jaga?”,
kemudian Rasulullah saw mengisyaratkan dengan tangan beliau ke lidah beliau. (HR. At Tirmidzi, An Nasa’I dan Ibnu Majah).

UQBAH bin ‘Amir bertanya kepada Rasulullah SAW: Wahai Rasulullah, apakah jalan keselamatan?”,
Nabi SAW menjawab:
  • “Tahanlah lidahmu, tinggallah di rumahmu (jangan banyak keluar) dan tangisilah kesalahanmu”. (HR.At Tirmidzi)
MU'ADZ bin Jabal bertanya kepada Rasulullah Saw: “ Wahai Rasulullah perbuatan apakah yang paling utama?”,
  • .... kemudian Rasulullah menjulurkan lidah beliau yang mulia lalu meletakkan jemarinya diatasnya dengan mengisyaratkan agar menjaganya.
SAHL bin Sa’ad meriwayatkan hadits dari Rasulullah saw, dimana beliau bersabda (yang artinya) :
  •  “ Siapa yang menjamin untukku (agar menjaga) apa yang ada diantara dua janggutnya (lidah) dan yang ada diantara dua kakinya (kemaluan), maka aku menjamin untuknya surga “ (HR. Bukhori)
Rasulullah Saw bersabda (yang artinya):
  •  “ Siapa yang menahan lidahnya pasti Allah menutupi auratnya, siapa yang dapat menahan amarahnya pasti Allah melindunginya dari siksaNya, dan siapa meminta ampun kepada Allah, Dia pasti menerima permohonan ampunannya “ (HR. Ibnu Abi Dunya).
Beliau Saw bersabda pula :
  •  “ Simpanlah lidahmu kecuali untuk kebaikan, karena dengan demikian kamu dapat mengalahkan syaitan “ (HR. Ath Thabarani dan Ibnu Hibban)
KEUTAMAAN DIAM
(Silent is Golden)

CARA MENYELAMATKAN DIRI DARI BAHAYA LIDAH ADALAH DIAM, kecuali dari hal yang baik dan mengundang kebaikan.

Para salaf pendahulu kita lebih banyak diam daripada berbicara. Sebab dengan diam akan mengurangi dosa dan bahaya yang timbul akibat lidah.
Tetapi jika HAK-HAK ALLAH "dilecehkan", SYARIAT DIHINA dan Rasulullah DIRENDAHKAN/dilecehkan, maka mereka tidak akan tinggal diam. ~ Mereka akan berbicara dengan lantang dan pasti sekalipun di depan pemimpin yang kejam, sekalipun nyawa adalah taruhannya. Jadi berbicara itu baik jika ditempatkan pada posisinya dan diam itu baik jika ditempatkan pada tempatnya pula. Dan jika dibalik MAKA RUSAKLAH TATANAN Amr Ma’ruf Nahi Munkar.

Bagaimana IMAM SYAFI'I tidak diam diri, manakala melihat Sulthan berbuat ketidakadilan, dengan tegas beliau berbicara, menasehati si pemimpin itu. Tetapi jika ditanyakan sesuatu yang sekiranya tidak perlu jawaban, maka beliau diam, tidak menjawab. Lihatlah bagaimana beliau memposisikan sesuatu pada tempat dan waktu yang layak dan tepat.

Sebagian Ulama berkata :
~ “Diam menghimpun beberapa keutamaan, diantaranya keselamatan agama, kewibawaan, konsentrasi untuk berfikir, berdzikir dan beribadah. Dan dalam diam juga terkandung keselamatan dari berbagai tanggung jawab perkataan di dunia dan hisabnya di akhirat”,

Allah SWT berfirman (yang artinya):

مَا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
[Maa yalfizhu min qawlin illaa ladayhi raqiibun 'atiidun]
  •  “ Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir (Raqib ‘Atid) “ (QS. Qaaf 18)
Bahkan diam mendatangkan ibadah yang berpahala, jika diam itu didasarkan karena khawatir berbicara sesuatu yang haram, demi mengharap ridha Allah.

Rasulullah saw bersabda (yang artinya):
  • “ Maukah kalian aku beritahukan tentang ibadah yang paling mudah dan paling ringan bagi badan? Diam dan akhlak yang baik “ (HR. Ibnu Abi Dunya).
Jika Anda bertanya, apa sebabnya DIAM memiliki keutamaan sedemikian besar?,
  • Maka ketahuilah bahwa sebabnya karena terlalu banyak penyakit lidah, seperti ghibah, berdusta, mengadu domba, berkata keji, riya’, terlibat dalam kebathilan, bertengkar, marah, menyingkap aurat orang dan lainnya.
Oleh karena banyak penyakit dan dosa yang timbul karena lidah, maka yang terbaik adalah banyak diam. Kemampuan menahan lidah adalah jalan keselamatan, oleh sebab itu keutamaan diam sangatlah besar. Wallahu A’lam.
============

Disarikan dari kitab Ihya’ Ulumiddin karya Imam Al Ghazali dan
An Nashoihud Diniyyah karya Al Habib Abdullah bin Alawi Al Haddad.

Ud'uni astajib lakum

Banyak orang yang mengeluh ketika do'a nya, hajatnya, permohonannya kepada Allah tidak di ijabah, tidak dikabulkan seperti yang ia inginkan, yang ia harapkan, yang ia mohon dengan berdo'a padahal ia sering mendengar firman Allah dalam Al-Qur'an yang berbunyi :

Ud'uni astajib lakum
"Berdo'a kepadaku niscaya akan Ku-perkenankan bagimu" (QS. al-Mu'min:60)
Mari kita renungkan
Rasulullah Saw bersabda:
Mamin muslimin yad'ulloha bida'watin laisa fiha ismun, wala qothia'tu rohmin illa 'athohullohu biha ihda tsalatsa khisholin: imma anyua'jila lahu da'watuhu, wa'imma anyudakhkhiro lahu fil akhirati, wa'imma anyushrifa 'anhu minal su'i mitsluha. 
Artinya
"Tidak berdo'a seorang muslim dengan suatu do'a yang do'anya itu tidak dicampuri sesuatu maksud jahat atau memutuskan silaturahmi, melainkan pastilah do'a itu diperkenankan Tuhan dengan memenuhi satu dari tiga cara. Ada kalanya do'a itu diterima dengan segera, adakalanya disimpan dahulu untuk persediaannya di akhirat, dan adakalanya dipalingkan daripadanya kejahatan yang seumpamanya".
Hadits tersebut dapat disimpulkan, bahwa suatu do'a akan diterima oleh Allah Swt dengan 3 cara, yaitu:
Diperkenankan LangsungApabila seseorang berdo'a, dan apa yang dimintanya itu memang ada manfaatnya, maka sudah jelas Allah SWT akan mengabulkannya. Firman Allah dalam Al-Qur'an.
Wa'idza sa'alaka i'badi 'anni fa'inni qoribun ujibu da'watad da'i idza da'an

Artinya : "Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang-orang yang berdo'a kepadaKu" (QS. Al-Baqarah: 186).
DitundaAdakalanya Allah Swt tidak segera mengabulkan do'a kita. Artinya bahwa Allah Swt menundanya dan mengabulkannya pada suatu waktu yang dikehendakiNya. Tertundanya pengabulan do'a ini janganlah kiranya menyebabkan keputus-asaan. Waktu kabulnya do'a ini dapat terjadi kapan saja karena kehendakNya.
  1. Ditunda dan dikabulkan di Dunia
    Allah Swt menjamin mengabulkan do'a kita, tetapi Allah maha mengetahui apa yang lebih bermanfaat dan kita perlukan saat ini. Allah senantiasa akan mengabulkan do'a kita pada waktu yang pas (tepat) menurutNya. Karena Allah yang mengetahui; apakah permintaan kita saat ini mendatangkan manfaat atau mudarat bagi kita. 
  2. Ditunda dan diabulkan di Akhirat
    Adakalanya Allah Swt menunda do'a kita dan disimpan untuk dikabulkan di Akhirat. Karena Allah Swt lebih mengetahui bahwa hal itu lebih baik diberikan di akhirat daripada di dunia. 
Diriwayatkan bahwa di akhirat nanti ada seseorang yang terkejut menerima sejumlah karunia yang tidak dikira-kira banyaknya dan tidak sesuai sekali dengan amal ibadahnya dikala dia hidup di dunia. Diapun bertanya kepada Allah Swt:  
"Wahai Tuhan, darimana ini semua?".
Allah menjawab, "Bukankah Aku telah memerintahkan engkau agar meminta kepadaKu apa saja di dunia ?",
Dan orang itu berkata, "Betul ya Tuhanku."
Maka Allah Swt menerangkannya "Apa yang engkau mohonkan di dunia itu adalah baru sedikit, Kuberikan kini sisanya. Kuserahkan di akhirat,"

Akhirnya orang itu berkata, "Alangkah baiknya jika sekiranya Tuhan memberikan segala yang kuminta itu di akhirat saja, tidak usah di dunia."
 
Diganti Dengan Yang LainSelain diperkenankan langsung dan ditunda, maka Allah Swt juga bisa mengganti kabulnya do'a kita dengan yang lain. Penggantian tersebut agaknya ada 2 macam, yaitu:
  1. Dipalingkan dari kesusahan
    Jabir ra., meriwayatkan, aku pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda:
    "Tidaklah seseorang berdo'a dengan sesuatu do'a, melainkan Allah Swt memberikan sesuai dengan permohonannya itu, melainkan dijauhkan dari kesusahan. Asalkan dia tidak berdo'a untuk kejahatan atau untuk memutuskan silaturahmi."
  2. Dihapuskan dari dosa
    Anas ra., meriwayatkan, bahwa Rasulullah Saw bersabda:
    "....bahwa Allah Swt menerima do'a orang yang berdo'a, atau diganti untuknya, atau dipalingkan dari kesulitan yang semisalnya, atau dihapuskan dosa-dosanya."
Maka hendaklah kita pahami, bahwa Allah Swt tidak pernah bosan mendengar do'a para hambaNya.
Rasulullah Saw bersabda :
Yas'alu ahadakum robbahu hajatihi kullahu hatta yas'ala sas'a na'lihi idza inqotho'a 
Artinya : "Hendaklah seseorang meminta segala keperluannya kepada Tuhannya sampai-sampai mintalah tali sandal apabila putus."


Mintalah sebanyak-banyaknya, baik urusan dunia maupun urusan akhirat, sampai pada hal yang sekecil-kecilnya, sampai putusnya tali sandal sekalipun. Masalah itu dikabulkan, ditunda, atau diganti dengan yang lain, adalah urusan Allah Swt. Karena Dia-lah yang maha tahu manfaat dan mudarat dari do'a itu bagi kita.

Subhanallah, Maha Suci Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.



Materi Kultum : " Syukur Nikmat"


Nikmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia, merupakan pemberian yang terus menerus, dengan bermacam-macam bentuk lahir dan batin. Hanya manusia sajalah yang kurang pandai memelihara nikmat, sehingga ia merasa seolah-olah belum diberikan sesuatupun oleh Allah. Disebabkan ia tidak bersyukur kepada Allah dan tidak merasakan bahwa Allah telah memberi kepadanya sangat banyak dari permintannya.

Nikmat yang sangat besar bagi manusia adalah nikmat iman. Termasuk orang yang menyia-nyiakan nikmat Allah adalah orang yang menggunakan nikmat Allah tidak pada tempatnya, atau menggunakan nikmat Allah untuk kemaksiatan. Termasuk sifat yang angkuh terhadap Allah Swt jika ia merasa bahwa semua yang ada padanya adalah karena kepandaian dan keistimewaan diri manusia itu sendiri. Perasaan seperti ini memudarkan Tauhid dari dalam jiwanya. Oleh karena itu, kita sebagai makhluk Allah yang senantiasa mengharapkan keridhoan-Nya diharapkan diberi kesadaran dalam mensyukuri nikmat yang sungguh besar yang telah Allah berikan kepada kita.Syukur berarti Memuji, berterima kasih dan merasa berhutang budi kepada Allah atas karunia-Nya, bahagia atas karunia tersebut dan mencintai-Nya dengan melaksanakan ketaatan kepada-Nya. Allah telah memberikan apa yang telah diberikan-Nya kepada kita, seperti halnya semua alat indra kita serta nikmat kesehatan yang semua itu tidak bisa diukur dengan material kita.

Akan tetapi bagaimana kita harus menyikapi pemberian yang Allah berikan kepada kita? Bahwasanya Allah menganjurkan kepada makhluknya untuk mensyukuri nikmat yang diberikan, yaitu dengan satu hal yang mungkin kadang manusia sendiri lupa apa yang menjadi kewajiban kita sebagai makhluk Allah, yaitu dengan menjalankan apa yang sudah ditetapkan seperti; Perintah untuk menjalankan shalat yang sudah ditentukan dalam Al-Qur’an dan Hadist, Puasa, Zakat dan lain sebagainya.Perintah atau anjuran–anjuran tersebut diatas adalah merupakan alat ukur kita seberapa jauh kita dalam membalas rasa syukur, serta kenikmatan dalam hal kesehatan serta hal yang membuat kita mampu untuk memenuhi keinginan kita terhadap Allah. Akan tetapi tentu saja semua hal yang berkaitan kenikmatan di dunia semua itu merupakan hanya kenikmatan sementara yang nantinya akan diambil oleh Allah SWT.

Apakah manusia dapat mensyukuri nikmat-nikmat Allah? Cara apa yang paling tepat untuk mensyukuri nikmat-nikmat Allah Swt? Surat al-Kautsar telah menyediakan solusi paling tepat untuk manusia dalam hal ini. Nikmat dan berkah Allah Swt yang tercurahkan dalam hidup, akan membuat manusia yang adil dan berakal untuk merenungkan bagaimana carnya mensyukuri nikmat-nikmat itu secara proporsional. Allah Swt dalam surat al-Kautsar berfirman:
«إِنَّا أَعْطَیْناکَ الْکَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّک...»؛"
 Telah kami berikan kepada kalian kautsar (kebaikan dan berkah yang melimpah) maka shalatlah untuk Tuhanmu…" 

Tugas yang dibebankan Allah Swt kepada manusia di hadapan seluruh nikmat-Nya adalah pensyukuran. Akan tetapi poin penting yang harus diperhatikan adalah antara nikmat dan syukur itu harus ada keseimbangan. Artinya, jika nikmat semakin besar maka syukurnya juga harus semakin bertambah. Dalam surat al-Kautsar, Allah Swt menyinggung nikmat-nikmat-Nya untuk Rasulullah Saw. Kautsar adalah kata sifat untuk sesuatu yang melimpah dan artinya adalah kebaikan dan berkah yang melimpah. Nikmat yang melimpah ini tentu memerlukana syukur yang sangat besar juga. Oleh karena itu, Allah Swt menetapkan dua tugas di pundak Rasulullah Saw. Yaitu:«فصل لربک و انحر»"Shalatlah dan berkobanlah untuk Tuhanmu." Tugas pertama dalam mensyukuri nikmat Allah Swt adalah shalat karena shalat adalah ibadan paling komprehensif dan sempurna. Harus ditekankan pula bahwa shalat itu harus dengan niat pendekatan diri keapda Allah Swt dan ditunaikan penuh keikhlasan.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan manusia untuk mensyukuri nikmat Allah swt. Secara garis besar, mensyukuri nikmat ini dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:

  1. Mensyukuri dengan hati, dengan mengakui, mengimani dan meyakini bahwa segala bentuk kenikmatan ini datangnya dari Allah swt semata.
  2. Mensyukuri dengan lisan, dengan memperbanyak ucapan alhamdulillah(segala puji milik Allah) wasysyukru lillah (dan segala bentuk syukur juga milik Allah).
  3. Mensyukuri dengan perbuatan :
         a. Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah untuk menunaikan perintah-perintah Allah,  baik perintah wajib, sunnah maupun mubah 
        b. Mempergunakan segala bentuk kenikmatan Allah dengan cara menghindari, menjauhi dan meninggalkan segala bentuk larangan Allah, baik larangan yang haram maupun yang makruh.




“ HADITS ARBA’IN NAWAWI TENTANG SEGALA SESUATU TERGANTUNG PADA NIATNYA”

Disusun guna memenuhi tugas:
Mata Kuliah               : Hadits Tarbawi II
Dosen Pengampu       : Muhammad Hufron, M.S.I










Disusun Oleh:
Nama          : Nurul Maulidah
NIM            : 2021110039
Kelas          : A



JURUSAN TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN PEKALONGAN


 
2012




“ HADITS ARBA’IN NAWAWI TENTANG SEGALA SESUATU TERGANTUNG PADA NIATNYA”
1.        Nama Majlis Ta’lim       : Nurul Ghulam
2.        Pengasuh/Pembicara     : Ust. Ghufron
3.        Hari/Tanggal                  : Kamis, 05 April 2012
4.        Waktu                             : 18.30-19.30 wib.
5.        Alamat                             : Kertijayan Gang 2 Pekalongan Selatan
6.        Tema Pengajian             : Segala Sesuatu Tergantung Pada Niatnya
7.        Ringkasan Pengajian     :
Ø  Arti Sebuah Niat
Fungsi niat dalam ibadah sangatlah penting. Karena itu setiap muslim harus senantiasa memperbaiki niat dalam ibadahnya, yaitu ikhlas untuk Allah semata. Setiap amalan yang dilakukan seseorang apakah berupa kebaikan ataupun kejelekan tergantung dengan niatnya. Apabila ia tujukan dengan perbuatan tersebut niatan/maksud yang baik maka ia mendapatkan kebaikan, sebaliknya bila maksudnya jelek maka ia mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.
Hadits ini mencakup di dalamnya seluruh amalan, yakni setiap amalan harus disertai niat. Dan niat ini yang membedakan antara orang yang beramal karena ingin mendapatkan ridla Allah dan pahala di akhirat dengan orang yang beramal karena ingin dunia apakah berupa harta, kemuliaan, pujian, sanjungan, pengagungan dan selainnya.

STUDI TOKOH PENDIDIKAN ISLAM KONSEP PENDIDIKAN RAHMAH EL- YUNUSIAH


MAKALAH
STUDI TOKOH PENDIDIKAN ISLAM
KONSEP PENDIDIKAN RAHMAH EL- YUNUSIAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas :
Mata Kuliah : Studi Tokoh Pendidikan Islam
Dosen pengampu :Dr. Maemonah, M.Ag



Oleh :

Luk Luk Ulfa              (2021110027)
Khayyun Nafi             (2021110028)

Kelas E

TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2012




BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan adalah suatu hal yang sangat fundamental karena dengan pendidikan manusia akan mengetahui  jati dirinya sebagai manusia yang mempunyai akal pikiran sebagai sarana yang membedakannya dengan hewan. Namun demikian banyak persoalan-persoalan yang menggangu proses pendidikan sehingga tidak berjalan dengan sebaik-baiknya, seperti kekurangan biaya untuk sekolah, kemiskinan, dan status social yang membeda-bedakan antara pria dan perempuan.
Dalam hal ini pemalakah akan membahas konsep atau pemikiran yang ditawarkan Rahmah El- Yunusiah dalam memajukan pendidikan, ia berpendapat bahwa pendidikan tidak diperuntukkan oleh orang laki-laki saja namun wanita juga mempunyai hal yang sama dalam mendapatkan pendidikan yang layak dan sejajar dengan kaum laki-laki.
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang biografi dan konsep pemikiran yang ditawarkan oleh Rahmah El- Yunusiyah dalam membangkitkan kaum wanita tentang pentingnya pendidikan bagi kaum wanita agar lebih maju.     






BAB II
PEMBAHASAN

A.    BIOGRAFI RAHMAH EL- YUNUSIYAH
Rahmah El- Yunusiyah lahir pada hari jum’at, 1 Rajab 1318 H / 26 Oktober 1900 M di Padang Panjang dan wafat pada hari rabu 9 Dzulhijah 1388 H / 26 Febuari 1969 M. Ia anak bungsu pasangan Syaikh Muhammad Yunus dan Rofiah. Ayahnya merupakan seorang ulama dan sekaligus Qodhi di pandai Sikat, Kakeknya bernama Imanuddin, seorang ulama ahli falak  dan pemimpin tarekat naqsabandiah di Minangkabau pada usia 16 tahun, ia dipersunting oleh Haji Baharuddin Lathif dari Sumpur Pandang Panjang. Namun demikian enam tahun kemudian (1922) ia bercerai dengan suaminya terlibat “ Islam Merah”.[1]

B.     KONSEP PENDIDIKAN RAHMAH EL- YUNUSIYAH
a.       Pendidikan Untuk Semua
Itu adalah konsepsi pendidikan yang mendasari Rahmah El- Yunusiyah, ini diangkat dari prnsip-prinsip yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits yang memposisikan manusia pada posisi yang sama. Perbedaan diantara manusia yang satu dengan yang lainnya hanya terletak pada tingkat ketaqwaannya. Tujuan ideal ini menempatkan manusia, baik laki-laki maupun perempuan memiliki kewajiban yang sama untuk menuntut ilmu pengetahuan. Proses ini dilakukan sejak manusia berada dalam alam rahim sampai meninggal dunia.
b.      Mendirikan Madrasah li al- Banat
Ini untuk merealisasikan konsepsi yang ditawarkan Rahmah El- Yunusiyah dalam mewujudkan cita-citanya. Dengan nama madrasahnya yaitu Madrasah Diniyah Puteri Padang Panjang. Pendirian lembaga pendidikan ini memiliki tujuan untuk membentuk puteri yang berjiwa Islami, ibu (pendidik) yang cakap dan aktif, serta bertanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air atas dasar pengabdian kepada Allah SWT.
Tujuan Madrasah Diniyah puteri lainnya lebih menekankan urgensi pembentukan individu dalam hubungannya dengan tanggung jawab moral dan social, sementara di sisi lain, kelihatannya lembaga ini memiliki  konsistensi terhadap ajaran agama Islam, dalam hal ini pendidikan yang diterapkan berupaya membentuk pribadi-pribadi yang memiliki keterkaitan transenden (ruh Islam). Di samping itu, lembaga pendidikan ini juga berupaya memberikan latihan kecakapan (keterampilan) guna memunculkan kreatifitas dan realisasi peran kekhalifahan manusia di muka bumi.[2]
c.       Pembaharuan Sistem Pendidikan
Untuk memperbaharui sistem pendidikan ia mengatakan beberapa studi banding di beberapa daerah untuk memperoleh masukan bagi menyempurnakan sistem pendidikan madrasahnya. Diantara hasil studi  banding ini, ia memandang perlu untuk melakukan medernisasi kurikulum, dengan memasukan mata pelajaran umum pada insitusi yang didirikannya.
d.      Pengembangan Aspek Kognitif, efektif dan Psikomotorik
Dalam aktivitas proses pendidikannya, hal ini tampak pada usahanya untuk memberikan pendidikan ketrampilan praktis bagi kaum perempuan.
Ketrampilan Praktik tersebut antara lain :
Ø  Ketrampilan Masak
Ø  Bertenun
Ø  Industri Rumah Tangga
Ø   Olahraga
Ø  Dan P3K kepada peserta didik
                Jika pemikiran yang dilakukannya ini dilihat dari perspektif filsafat Islam. 
Secara Komperhensif, pemikiran Rahmah El-Yunusiyah terlihat jelas pada kosep Tri Tunggal Pendidikan perempuan yaitu :
ü  Pendidikan di sekolah
ü  Pendidikan di asrama
ü  Pendidikan di masyarakat
Ketika peta pendidikan Islam Indonesia mengarahkan orientasinya pada misi politik, megakibatkan pemerintah colonial menetapkan peraturan ordonansi sekolah liar. Peraturan ini bermaksud membatasi ruang gerak pelaksanaan pendidikan bumi putera dalam segala hal. Kondisi ini tidak membuat Rahmah El- Yunusiyah terwarnai dengan kondisi yang berkembang pada pendidikan waktu itu. Ia secara konsisten tetap mengacu pada tujuannya, tanpa mau terlibat dengan memasukan pelajaran polotik pada kurikulum lembaga pendidikannya.Sikap ini mendapat kritikan dari Rasuna Said. Menurut Rasuna Said politik sangat diperlukan bagi seseorang yang menginginkan perubahan dan pembaharuan dalam sebuah gerakan.[3]  
Kritik ini ditanggapi Rahmah El-Yunusiyah secara arif dan bijaksana. Menurutnya merujuk pada kondisi masa ini memberikan pendidikan agama yang kuat pada peserta didik lebih diperluka dari pada pendidikan politik. Politik tanpa didasari agama maka akan menjadi sebagai bumerang yang justru akan menghancurkan agama. Prinsip yang demikian konsisten ini tidak berubah, meskipun ada permintaan agar Diniyah puteri bergabung dengan anggota PERMI (Persatuan Muslim Indonesia) yang mencoba mengimbangi politik Sukarno yang dilakukan melalui PNI.
Sikap konsisten yang diambil Rahmah El-Yunusiyah merupakan wujud komitmennya terhadap falsafah hidup Islam, yaitu : wujud tanggung jawab moral yang fundamental. Penekanan pada pelaksanaan pendidikan agama, merupakan upaya menanakam nilai-nilai absolute ilahi yang berfungsi sebagai control dan pemberi arah kehidupan ideal bagi umat manusia. Tatkala nilai-nilai Islam telah mampu tertanam dalam diri setiap individu dan social pada kehidupan yang baik dan sejahtera. Untuk merealisasikan ideanya in, ia memulaina dengan mendidik kaum perempuan berdasarkan bimbingan agama dengan berbagai variasi ketrampilan praktis yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.
Upaya pembaharuan yang dilakukannya mulai Diniyah Putri akhirna dapat diterima, ini ditandai dengan semakin banyak permintaan dari masyarakat agar institusi ini mengirim outputnya mengajar di berbagai daerah, bahkan sampai ke Malaysia. Melalui para alumninya, ia berhasil mengembangkan institusi pendidikan yang didirikannya dengan mendirikan beberapa cabang madrasah Diniyah Puteri di Sumatera dan Jakarta.
 Di samping ide-ide pembaharuan di atas, Rahmah El-Yunusiyah juga bercita-cita membangun rumah sakit dan mendirikan lenbaga pendidikan tinggi khusus bagi permpuan. Semua cita-citanya belum terrealisasikan sampai meninggal.[4]   

  1. ANALISIS
Konsep pendidikan Islam yang ditawarkan oleh Rahmah El-Yunusiaah ini mencakup beberapa aspek demi untuk memajukan pendidikan agama Islam bagi kaum wanita. Konsep ini mulai dengan beberapa tahap antara lain :


PSIKOLOGI PENDIDIKAN

ingatan dan berpikir

PENDAHULUAN
Diantara sekian banyak kejadian di masa kecil, satu kejadian yang paling membekas dan berkesan itulah yang akhirnya menjadi titik awal kesadaran kita akan sebuah ingatan di masa lalu. Mengingat,adalah kata yang tepat untuk kita mengenang masa lalu.Dari sini kita tahu bahwa mengingat bukanlah hal yang mudah, karena untuk bias mengingat dengan baik maka diperlukan berbagai cara yang salah satunya adalah berpikir. Untuk lebih jelasnya, dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai ingatan dan berpikir.
A. Ingatan
Ingatan merupakan suatu daya yang dapat menerima, menyimpan, dan memproduksi kembali kesan-kesan/ tanggapan/ pengertian . Mengingat berarti menyerap/ melekatkan pengetahuan dengan jalan secara aktif.
Fungsi ingatan ada 3, yaitu:
1. Mencamkan, yaitu menangkap atau menerima kesan-kesan.
2. Menyimpang kesan-kesan.
3. Memproduksi kesan-kesan.
Sifat-sifat pada ingatan yang baik adalah cepat, setia, kuat, luas, dan siap. Ingatan dikatakan cepat, apabila dalam mencamkan kesan-kesan tidak mengalami kesulitan.Ingatan dikatakan setia, apabila kesan yang telah dicamkan itu tersimpan dengan baik dan stabil. Ingatan dikatakan kuat apabila kesan-kesan yang tersimpan bertahan lama. Ingatan dikatakan luas, apabila kesan yang tersimpan sangat bervariasi dan banyak jumlahnya. Ingatan dikatakan siap, apabila kesan-kesan yang tersimpan sewaktu-waktu mudah direproduksi kealam kesadaran .
Ingatan kita dipengaruhi oleh:
1. Sifat seseorang.
2. Alam sekitar.
3. Keadaan jasmani.
4. Keadaan rohani.
5. Umur Manusia .
Pencaman terhadap sesuatu kesan akan lebih kuat, apabila:
• Kesan- kesan yang dicamkan dibantu dengan penyuaraan
• Pikiran subyek lebih terkonsentrasi kepada kesan-kesan itu.
• Teknik belajar yang dipakai oleh subyek adalah efektif.
• Subyek menggunakan titian ingatan.
• Struktur bahan dari kesan-kesan yang dicamkan adalah jelas .
Tahapan utama dalam pembentukan dan pengambilan ingatan:
• Encoding, merupakan proses dan penggabungan informasi yang diterima.
• Penyimpanan, merupakan penciptaan catatan permanen dari ineormasi yang telah di encode.
• Pengambilan, memanggil kembali informasi yang telah disimpan untuk digunakan dalam suatu proses atau aktivitas .
Ingatan dibagi Menjadi 2, yaitu:
1. Daya ingatan mekanis.
2. Daya ingatan logis .
Dalam hal mengingat, orang sering menglami kesulitan yang disebabkan karena adanya interferensi. Berdasarkan hasil penelitian, ternyata mengenal kembali lebih mudah dari pada mengingat kembali. Hal ini dapat kita maklumi, karena dalam mengenal kembali terdapat obyek nyata sebagai perangsang ingatan, sedangkan dalam mengingat kembali tidak dapat obyek semacam it. Sebenarnya ingatan erat pula hubungannya dengan masalah tanggapan.
Ingatan juga berhubungan dengan hal belajar, maka pendidikan hendaknya memperhatikan kemungkinan serta kondisi ingatan anak didik, karena ingatan anak didik berbeda-beda .
B. Berpikir


7 Langkah Kunci Kesuksesan

August 6, 2010 by: Steven Junaidi 3,580 views
Baru saja saya membaca sebuah artikel yang bagus sekali mengenai tujuh prinsip kesuksesan yang saya akan terjemahkan dari sumber aslinya The Formula for Success In 7 Steps. Berikut artikelnya:
Seperti yang ingin saya katakan, keberhasilan bukan milik minoritas yang elit; kesuksesan milik orang yang memutuskan untuk sukses. Sukses bukanlah milik sebuah kelompok berpengaruh, tetapi hasil jangka waktu orang yang berkomitmen untuk mengikuti prinsip-prinsip kesuksesan.
Jika setiap orang berkomitmen untuk mengikuti prinsip-prinsip sukses, mereka akan menghancurkan belenggu yang muncul untuk menahan tawanan mereka. Jika seseorang memutuskan untuk berhasil, mereka akan maju menuju keberhasilan; tidak pernah melihat ke belakang.
Kunci untuk Sukses – Dalam 7 Langkah:
1. Memutuskan untuk Sukses

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

About Me

Foto Saya
Nurul Maulidah
Lihat profil lengkapku

Entri Populer

Cuteki kawaii